Tugas Dan Peran Guru

Sebagai guru harus memahami ciri-ciri anak tersebut dalam rangka kesiapan suatu pembelajaran. Untuk dapat menghadapi bahan belajar dengan baik, siswa dituntut menunjukkan adanya perhatian. Perhatian seseorang terhadap sesuatu dapat ditunjukkan dari gerak-geriknya.

Sebagai contoh seorang guru memberi tugas kepada siswanya untuk mengamati lalu lintas di dekat sekolahnya, ternyata semua siswa tampak serius mencatat, berdiskusi dengan temannya dengan wajah ceria. Hal ini menunjukkan bahwa siswa-siswa menjalankan tugas guru dengan baik dan penuh perhatian. Tetapi jika terjadi hal yang sebaliknya, misalnya anak-anak hanya main sendiri, tidak mau mencatat dan berdiskusi, berarti siswa kurang atau tidak ada perhatian.

Perhatian menjadi titik awal yang mengarah kepada belajar, perhatian merupakan prasyarat dalam belajar. Dengan perhatian akan timbul ketertarikan terhadap sesuatu yang dihadapi, selanjutnya diharapkan akan terjadi peristiwa belajar. Untuk itu, sangat penting bagi guru atau calon guru untuk mengenal sifat-sifat atau karakteristik anak usia SD.

Menurut Jean Piaget, usia siswa SD (7-12 tahun) ada pada stadium operasional konkrit. Oleh karena itu guru harus mampu merancang pembelajaran yang dapat membangkitkan siswa, misalnya penggalan waktu belajar tidak terlalu panjang, peristiwa belajar harus bervariasi, dan yang tidak kalah pentingnya sajian harus dibuat menarik bagi siswa. Hal ini dilakukan karena perhatian anak pada tingkat usia tersebut masih mudah beralih, artinya dalam jangka waktu tertentu perhatian anak dapat tertarik kepada banyak hal, tetapi waktu tertentu pula perhatian anak berpindah-pindah.

Sifat lain bahwa perhatian anak sering berfokus pada lingkungan terdekat. Kedekatan ini dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Bersifat langsung, misalnya dalam melihat pesawat terbang akan lebih tertarik pada bentuk dan warnanya dari pada fungsinya, artinya dalam memahami suatu konsep anak-anak lebih tertarik pada wujud benda konkritnya. Begitu juga pengalaman yang termediasi pun akan membawa anak kepada perhatian, misalnya bahan bacaan atau cerita, sajian TV dapat mendekatkan anak pada dunia yang lebih luas.

Pada umumnya anak lebih tertarik kepada benda yang bergerak, akibatnya anak ingin mengetahui sebab-sebab terjadinya sesuatu. Rasa ingin tahu tersebut sebenarnya merupakan gerak awal untuk belajar dan dorongan untuk mengeksplorasi dunia sekitarnya. Tindakan eksplorasi akan memacu anak untuk terus mencari sampai keingintahuannya terpuaskan. Dengan sifat ini, anak biasanya mempunyai kemampuan tinggi dan mempunyai wawasan yang luas.

Anak usia SD mempunyai kecenderungan banyak bergerak. Agar gerak yang merupakan kebutuhan anak mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu perencanaan yang baik. Perlu diketahui bahwa gerak tidak hanya bersifat fisik saja tetapi gerak atau keaktifan pikiran merupakan hal yang penting pula. Keaktifan berfikir dapat disertai gerak fisik dan juga disertai gerak berpikir, misalnya siswa yang sedang mencari data di lapangan memerlukan banyak gerak fisik.

Sedangkan siswa yang sedang mengerjakan soal tidak perlu membaca dengan suara nyaring, tetapi ia aktif berfikir dengan tenang. Ini sebenarnya anak mengalami keaktifan mentalnya. Dengan demikian keaktifan atau pengalaman sangat bermanfaat dalam belajar. Pengalaman merupakan persiapan dalam kehidupan yang sebenarnya di masyarakat.